1.
Pengertian Komunikasi
Komunikasi
adalah "suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain". Pada umumnya, komunikasi
dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala,
mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
2.
Unsur-Unsur Komunikasi
1. Sumber
Sumber adalah dasar
yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat
pesan itu sendiri. Sumber dapat
berupa orang, lembaga, buku, dokumen dan sejenisnya.
berupa orang, lembaga, buku, dokumen dan sejenisnya.
2. Komunikator
Ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, yaitu:
- Penampilan
Khusus dalam komunikasi
tatap muka atau yang menggunakan media pandang dengan audio visual, seorang
komunikator harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan. Penampilan
ini sesuai dengan tata krama dengan memperhatikan keadaan, waktu dan tempat.
- Penguasaan masalah
Seseorang yang tampil
atau ditampilkan sebagai komunikator haruslah betul- betul menguasai
masalahnya. Apabila tidak, maka setelah proses komunikasi berlangsung akan
menimbulkan ketidakpercayaan terhadap komunikator dan akhirnya terhadap pesan
itu sendiri yang akan menghambat terhadap efektivitas komunikasi.
- Penguasaan bahasa
Komunikator harus
menguasai bahasa dengan baik. Bahasa ini adalah bahasa yang digunakan dan dapat
dipahami oleh komunikan. Penguasaan bahasa akan sangat membantu menjelaskan
pesan- pesan apa yang ingin kita sampaikan kepada audience.
3. Pesan
Pesan adalah
keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai
inti pesan yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah
sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas
berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada
tujuan akhir komunikasi itu.
4. Channel/ Saluran
Channel adalah saluran
penyampaian pesan, biasa juga disebut dengan media. Media komunikasi dapat
dikategorikan dalam dua bagian, yaitu media umum dan media massa. Media umum
adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contohnya
radio dan sebagainya. Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi
massa, misalnya televisi.
5. Komunikasi
Komunikasi dapat
digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu
1) personal
2) kelompok, dan
3) massa
Dari segi sasarannya,
komunikasi ditujukan atau diarahkan kedalam komunikasi personal, komunikasi
kelompok dan komunikasi massa.
6. Efek
Efek adalah hasil akhir
dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak
sesuai dengan yang kita inginkan. Apabila sikap dan tingkah laku orang lain itu
sesuai, maka komunikasi berhasil.
7. Faktor- faktor yang
diperhatikan dalam proses komunikasi
1)Empat tahap proses
komunikasi menurut Cutlip dan Center, yaitu:
– pengumpulan fakta
– Perencanaan
– Komunikasi
– Evaluasi
2)Prosedur mencapai
effect yang dikehendaki menurut Wilbur Schraam, yaitu:
– Attention (perhatian)
– Interest
(Kepentingan)
– Desire (Keinginan)
– Decision (Keputusan)
– Action (Tindakan)
3.
Menyalurkan Ide Melalui Komunikasi
Dalam menyalurkan
solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si pengirim berita (sender) maupun
si penerima berita (receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun tidak diambil
seenaknya saja, tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah solusi yang terbaik
yang akan diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar
mencapai tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
Akan tetapi dalam
prakteknya proses komunikasi harus melalui tahapan-tahapan yang kadang-kadang
tidak begitu mudah. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
- Ide (gagasan) =>
Si Sender
- Perumusan
Dalam perumusan, disini
ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
- Penyaluran
(Transmitting)
Penyaluran ini adalah
bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
- Tindakan
Dalam tindakan ini
sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
- Pengertian
Dalam pengertian ini
disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver.
- Penerimaan
Penerimaan ini diterima
oleh si penerima berita (penangkap berita).
Dalam membina kerja
sama dalam kelompok inilah yang nantinya digunakan dalam rangka membina
koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah yang sesuai dengan arah dan
tujuan organisasi.
Agar tercapai
koordinasi dalam kerjasama pada organisasi itu sangat penting dilaksanakannya
komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga koordinasi dan
kerjasama benar-benar dapat dilaksanakan setepat-tepatnya juga.
Suatu keputusan adalah
rasional secara sengaja bila penyesuaian-penyesuaian sarana terhadap hasil
akhir dicoba dengan sengaja oleh individu atau organisasi, dan suatu keputusan
adalah rasional secara organisasional bila keputusan diarahkan ke tujuan-tujuan
individual.
Pengambilan keputusan
juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya, karena dalam akhir
dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan pencerminan dari
adanya koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan perusahaan atau
lingkungan organisasi.
4.Hambatan-Hambatan
Komunikasi
Melakukan komunikasi
yang efektif tidaklah mudah. Beberapa ahli menyatakan bahwa tidak ada proses
komunikasi yang sebenar-benarnya efektif, karena selalu terdapat hambatan.
Hambatan komunikasi pada umumnya mempunyai dua sifat berikut ini :
a). Hambatan yang
bersifat objektif
yaitu hambatan terhadap
proses komunikasi yang tidak disengaja dibuat oleh pihak lain tetapi lebih
disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan. Misalnya karena cuaca,
kebisingan kalau komunikasi di tempat ramai, waktu yang tidak tepat, penggunaan
media yang keliru, ataupun karena tidak kesamaan atau tidak “in tune” dari
frame of reference dan field of reference antara komunikator dengan komunikan.
b). Hambatan yang
bersifat subjektif
yaitu hambatan yang
sengaja di buat orang lain sebagai upaya penentangan, misalnya pertentangan
kepentingan, prasangka, tamak, iri hati, apatisme, dan mencemoohkan komunikasi.
Sedangkan kalau
diklasifikasikan hambatan komunikasi meliputi :
1. Gangguan (Noises),
terdiri dari :
Gangguan mekanik
(mechanical/channel noise), yaitu gangguan disebabkan saluran komunikasi atau
kegaduhan yang bersifat fisik.
Gangguan semantik
(semantic noise), yaitu bersangkutan dengan pesan komunikasi yang pengertiannya
menjadi rusak. Lebih banyak kekacauan penggunaan bahasa, pengertian suatu
istilah atau konsep terdapat perbedaan antara komunikator dengan komunikan.
Gangguan personal
(personnel noise), yaitu bersangkutan dengan kondisi fisik komunikan atau
komunikator yang sedang kelelalahan, rasa lapar, atau sedang ngantuk. Juga
kondisi psikologis, misalnya tidak ada minat, bosan, dan sebagainya.
2. Kepentingan
(Interest)
Interest akan membuat
seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati suatu pesan. Orang akan memperhatikan
perangsang yang ada kaitannya dengan kepentingannya. Kepentingan bukan hanya
mempengaruhi perhatian kita tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan,
pikiran, dan tingkah laku yang akan merupakan sikap reaktif terhadap segala
perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu kepentingan.
3. Motivasi Motif
Daya dorong dalam diri
seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang sesuai dengan
keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Pada umumnya motif seseorang berbeda-beda
jenis maupun intensitas dengan yang lainnya, termasuk intensitas tanggapan
seseorang terhadap suatu komunikasi. Semakin komunikasi sesuai motivasinya
semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh pihak
komunikan.
4. Prasangka
(Prejudice)
Sikap seseorang
terhadap sesuatu secara umum selalu terdapat dua alternatif like and dislike,
atau pun simpati dan tidak simpati. Dalam sikap negatif (dislike juga tidak
simpati) termasuk prasangka yang akan melahirkan curiga dan menentang komunikasi.
Dalam prasangka emosi memaksa seseorang untuk menarik kesimpulan atas dasar
stereotif (tanpa menggunakan pikiran rasional). Emosi sering membutakan pikiran
dan pandangan terhadap fakta yang nyata, tidak akan berpikir secara objektif
dan segala yang dilihat selalu akan dinilai negatif.
5. Evasi Komunikasi
Evasion of
communication adalah gejala mencemoohkan dan mengelakkan suatu komunikasi untuk
kemudian mendiskreditkan atau menyesatkan pesan komunikasi. Menurut E. Cooper
dan M. Johada yang dikutip oleh Onong Uchjana Effendi dalam buku “Ilmu, Teori
Dan Filsafat Komunikasi” menyatakan beberapa jenis evasi :
Menyesatkan pengertian
(understanding derailed), contoh : Apabila seorang mahasiswa menyerukan pada
teman-temannya untuk meningkatkan prestasi belajar dengan jalan rajin masuk
kuliah, rajin membaca, dan menghormati dosen. Maka komunikasinya oleh mahasiswa
lain mungkin akan diangggap sebagai usaha mencari muka.
Mencacadkan pesan
komunikasi (message made invalid), contoh : Apabila seorang siswa A tidak
disenangi oleh siswa B, C, D, dan E. Ketika B melihat A sedang dinasehati guru
BP, maka B mengatakan pada C bahwa A sedang dimarahi Guru BP. C mungkin
mengatakan pada D bahwa A sedang dimaki-maki Guru BP. Dan D mengatakan pada E
bahwa A diskor oleh Guru BP.
Mengubah kerangka
referensi (changing frame of reference), menunjukkan seseorang yang menggapi
komunikasi dengan diukur oleh kerangka referensi sendiri, menurut seleranya
sendiri tanpa memperhatikan kerangka referensi orang yang akan diberikan pesan
tersebut.
5.
Klasifikasi Komunikasi dalam Organisasi
1. Dari segi sifatnya :
- Komunikasi Lisan
Komunikasi lisan secara
langsung adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling
bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan yang membatasi
mereka. Lisan ini terjadi pada saat dua orang atau lebih saling berbicara/
berdialog, pada saat wawancara, rapat, berpidato.
Komunikasi lisan yang
tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantara alat seperti
telepon, handphone, VoIP, dan lain sebagainya karena adanya jarak dengan si
pembicara dengan lawan bicara.
- Komunukasi Tertulis
Komunikasi tertulis
adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya
pembicaraan secara langsung dengan menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dan
dapat dimengerti oleh penerima. Komunikasi tulisan dapat berupa surat-menyurat,
sms, surat elektronik, dan lain sebagainya.
Komunikasi tertulis
juga dapat melalui naskah-naskah yang menyampaikan informasi untuk masyarakat
umum dengan isi naskah yang kompleks dan lengkap seperti surat kabar, majalah,
buku-buku dan foto pun dapat menyampaikan suatu komunikasi secara lisan namun
tanpa kata-kata. Begitu pula dengan spanduk, iklan, dan lain sebagainya.
- Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal
adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol verbal bahasa
merupakan pencapaian
manusia yang paling impresif. Ada aturan-aturan yang ada untuk setiap bahasa
yaitu fonologi, sintaksis, semantik dan pragmatis.
- Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal
adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata.
2. Dari segi arahnya :
- Komunikasi keatas
Porsi ini sebenarnya
dituntut untuk seimbang dengan komunikasike baawah. Berbeda dengan komunikasi
ke bawah, komunikasike atas mengalir
dari orang pada hierarki yan lebih rendah kejenjang yang lebih tinggi. Misalnya, dalam bentuk kotak sara,pertemuan
kelompok, pengaduan, dan sebagainya.
- Komunikasi kebawah
Mengalir dari orang
pada hierarki yang lebih tinggi ke jenjangyang lebih rendah. Misalnya dalam
bentuk instruksi, memoresmi, prosedur, pedoman kerja, pengumuman, dan
sebagainya.
- Komunikasi diagonal
Merupakan jalur
komunikasi yang paling jarang digunakan,komunikasi diagonal penting dalam
situasi ketika para anggiotatidak dapat berkomunikasi secara efektif melalui
jalur ini.
- Komunikasi horizontal
Merupakan pertimbangan
utama dalam desain organisasi,namun organisasi yang efektif memerlukan juga
komunikasihorizontal yang sangat perlu bagi koordinasi dan integrasi
dariberaneka ragam fungsi keorganisasian.
Misalnya, komunikasiantar produksi dan pemsaran dalam organisasi bisnis,
dsb.
- Komunikasi satu arah
Pemberitahuan gempa
melalui BMKG(tanpa ada timbal balik).
- Komunikasi Dua Arah
Berbicara dengan adanya
timbal balik/ saling berkomunikasi.
3. Dari segi lawannya :
- Komunikasi Satu Lawan
Satu
Berbicara dengan lawan
bicara yang sama banyaknya
Cth:berbicara melalui
telepon
- Komunikasi Satu Lawan
Banyak (kelompok)
Berbicara antara satu
orang dengan suatu kelompok.
Cth: kelompok warga
menginterogasi maling.
- Kelompok Lawan
Kelompok
Berbicara antara suatu
kelompok dengan kelompok lain.
Cth: debat partai
politik.
4. Dari segi keresmian
:
- Komunikasi formal
Komunikasi yang
memperhitungkan tingkat ketepatan, keringkasan, dan kecepatan komunikasi.
- Komunikasi informal
Komunikasi informal
adalah komunikasi antara orang yang ada dalam suatu organisasi , akan tetapi
tidak direncanakan atau tidak ditentukan dalam struktur organisasi . Fungsi
komunikasi informal adalah untuk memelihara hubungan sosial persahabatan
kelompok informal , penyebaran informasi yang bersifat pribadi dan privat
seperti isu , gosip , atau rumor .
6.
faktok-faktor proses perubahan organisasi
Dalam organisasi pada
hakekatnya itu terdapat beberapa faktor – faktor yang menyebabkan suatu
perubahan dalam organisasi tersebut.Setiap perubahan yang terjadi dalam
organisasi itu sangatlah berpengaruh besar terhadap perkembangan atau bahkan
penurunan dari organisasi tersebut dikarenakan karena ada sesuatu sistem yang
berubah dari organisasi tersebut dari sistem sebelumnya,itulah yang disebut
sebagai perubahan dimana cara – cara atau sistem – sistem lama dalam organisasi
itu berganti dengan cara - cara atau sistem – sistem baru dalam organisasi.Untuk
lebih jelasnya dibawah ini saya akan jelaskan beberapa faktor penyebab
terjadinya perubahan dalam organisasi antara lain :
· Faktor Ekstern ( Faktor Diluar
Organisasi )
Faktor
ekstern adalah faktor yang terjadi di luar sebuah organisasi tersebut,contohnya
itu seperti : faktor Teknologi dan Pemerintahan yang mendukung suatu organisasi
tersebut itu dapat berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan
sekitarnya.Selain itu ada lagi faktor ekstern seperti : Selera pasar yang
semakin hari semakin cepat berubah tergantung dari selera konsumen,jadi
perubahan tersebut sangat cepat terjadi.
· Faktor Intern ( Faktor Didalam
Organisasi )
Faktor
Intern adalah faktor yang terjadi di dalam sebuah organisasi tersebut,contohnya
itu seperti : faktor anggaran dalam organisasi itu,jadi yang menyebabkan
perubahan dalam organisasi tersebut karena faktor anggaran adalah sistem atau
kinerja dalam organisasi tersebut,misalnya anggaran yang lama tidak memiliki
suatu peningkatan atau hanya disitu – situ saja,tetapi setelah adanya perubahan
sistem anggaran yang baru dalam organisasi tersebut,anggaran organisasi
tersebut menjadi meningkat dan manajemen keungannya juga bagus,itulah salah
satu contoh perubahan intern dalam organisasi.
Faktor – faktor diatas
adalah faktor – faktor yang menyebabkan organisasi tersebut mengalami perubahan
baik di luar organisasi maupun di dalam organisasi.Perubahan tidak terjadi
begitu saja atau tidak secepat yang kita bayangkan,misalnya suatu organisasi
yang mikro pada awalnya,tiba – tiba suatu saat menjadi organisasi yang maju dan
berkembang,tidak semudah itu.Semua itu perlu adanya proses yang dapat menunjang
suatu organisasi itu mengalami perubahan yang lebih baik.Dan berikut saya akan
jelaskan Proses perubahan :
Dalam suatu proses itu
ada beberapa langkah untuk memenuhi tujuan organisasi tersebut yaitu :
* Mengadakan Pengkajian
Maksudnya adalah dalam
organisasi tersebut diadakan suatu pengkajian atau proses penindak lanjutan
kegiatan – kegiatan atau cara – cara apa saja dalam organisasi tersebut,misalnya
diadakan pengkajian setiap sebulan sekali dalam organisasi tersebut agar
organisasi tersebut itu update dengan info- info yang dapat menunjang kemajuan
dan tujuan dari organisasi tersebut.
* Mengadakan
Identifikasi
Maksudnya adalah
melakukan penyelidikan atau pemeriksaan secara detail tentang permasalahan –
permasalahan apa saja yang terjadi dalam organisasi tersebut,misalnya
mengadakan identifikasi masalah kasus yang sedang terjadi dalam organisasi
tersebut setiap seminggu sekali,langkah tersebut bertujuan agar dalam
organisasi tersebut tahu bagaimana menyelesaikan masalah apa saja yang terjadi
dalam organisasi tersebut.
* Menetapkan Perubahan
Maksudnya adalah
menetapkan suatu perubahan yang baru atau bisa dikatakan sebuah sistem baru
dalam organisasi tersebut,misalkan terjadi suatu perubahan sistem dalam
organisasi tersebut dari sistem yang lama dengan sistem yang baru dan apabila
dilihat dari kinerjanya sistem baru tersebut memang bagus dan berkembang dari
sistem yang lama,maka perubahan sistem tersebut harus ditetapkan dan
meninggalkan sistem yang lama.
* Menentukan Strategi
Maksudnya adalah
sebelum melangkah dan memutuskan pilihan dalam suatu organisasi tersebut, harus
ditentukan dulu matang – matang atau difikirkan terlebih dahulu kira – kira
strategi apa yang dapat memajukan sebuah organisasi tersebut.
* Melakukan Evaluasi
Maksudnya adalah
melakukan suatu perubahan – perubahan sikap dalam organisasi tersebut,misalnya
kita cari dulu apa yang salah dalam organisasi tersebut dan solusi apa yang
dapat menyelesaikan masalah tersebut lalu kita benarkan kesalahan – kesalahan
tersebut dan tidak akan mengulanginya lagi,itulah yang disebut mengevaluasi
atau bisa dikatakan melakukan sebuah perubahan atau perbaikan dalam organisasi
tersebut,dengan sering kita mengevaluasi dalam organisasi tersebut, maka
organisasi tersebut menjadi bersikap hati – hati dan teliti dalam setiap
bertindak melakukan sesuatu yang berdampak langsung dalam organisasi tersebut.
8.
Ciri-ciri pengembangan organisasi
Pengembangan organisasi
yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Merupakan strategi
terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki sasaran
jelas berdasarkan diagnosa yang tepat dan akurat tentang permasalahan yang
dihadapi oleh suatu organisasi.
2. Merupakan kolaborasi
antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi
terhadap suatu organisasi.
3. Menekankan cara-cara
baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua
satuan kerja dalam organisasi.
4. Mengandung nilai
humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
5. Menggunakan
pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi,
interaksi dan interdependensi antara organisasi sau dengan organisasi yang
lainnya.
6. berbagai satuan
kerja sebagai bagian integral di suasana yang utuh.
7. Menggunakan
pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
Apabila selama ini kita
hanya mengenal pembelajaran pada tingkat individu dan kelompok, maka
perkembangan manajemen telah mengenal pembelajaran organisasi (learning
organization), yang secara sederhana dapat diartikan sebagai :
Organisasi yang secara
terus menerus melakukan perubahan diri agar dapat mengelola pengetahuan lebih
baik lagi, memanfaatkan tekhnologi, memberdayakan sumber daya, dan memperluas
area belajarnya agar mampu bertahan di lingkungan yang selalu berubah.
9.
Metode Perkembangan Organisasi
Dalam
kegiatan pengembangan organisasi terdapat berbagai macam metode yang pada
dasarnya dikelompokan dalam 2 macam, yaitu metode pengembangan perilaku, dan
metode pengembangan keterampilan dan sikap.
1. Metode Pengembangan
Perilaku
Metode
pengembangan perilaku atau Behavioral Development Methode merupakan metode yang
berusaha menyelidiki secara mendalam tentang proses perilaku kelompok dan
individu. Hal itu dapat dilakukan dengan mempergunakan berbagai cara. Dengan
kata lain, metode pengembangan perilaku dapat dibedakan menjadi berberapa
macam. Dalam buku ini hanya disebutkan 4 macam yaitu, jaringan manajerial,
latihan kepekaan, pembentukan tim, dan umpan balik survai.
Jaringan manajerial :
Jaringan manajerial atau kisi manajerial disebut juga latihan jaringan adalah
suatu metode pengembangan organisasi yang didasarkan jaringan material. Teori
ini dipelopori oleh Robert Blake dan Jane Mouton. Menurut mereka, gaya
kepemimpinan akan menjadi sangat efektif apabila perhatian pimpinan terhadap
produksi dan orang dalam keadaan seimbang. Dalam hal demikian pimpinan
menunjukkan perhatian tinggi baik terhadap produksi maupun terhadap orang.
Latihan Kepekaan :
merupakan latihan dalam kelompok. Oleh karena itu metode ini dinamakan pula
metode T-group. dalam metode ini yang dimaksud dengan kepekaan adalah kepekaan
terhadap diri sendiri dan terhadap hubungan diri sendiri dengan orang lain.
Metode ini berlandaskan pada anggapan bahwa kesulitan untuk berprestasi
disebabkan oleh adanya persoalan emosional dari kelompok orang-orang yang harus
mencapi tujuan.
Pembentukan Tim :
Merupakan salah satu metode pengembangan organisasi dengan mengembangkan
perilaku kelompok melalui suatu teknik intervensi yang disebut pembentukan tim.
Tujuan dari pada pengembangan perilaku kelompok ialah untuk melakukan pekerjaan
secara efektif dengan membentuk tim.
Umpan Balik Survai :
adalah suatu metode yang berusaha mengumpulkan data-data dari para anggota
organisasi. Data itu meliputi data-data yang berhubungan dengan tingkah laku,
sikap, seta berbagai perasaan lain yang ada pada diri setiap anggota
organisasi.
2. Metode Pengembangan
Keterampilan dan Sikap
Metode
ini merupakan suatu program latihan yang dilaksanakan secara terus-menerus
dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap para
anggota organisasi. Oleh karena itu yang dimaksud dengan latihan atau training
adalah suatu proses pengembangan kecakapan, pengetahuan, keterampilan,
keahlian, dan sikap tingkah laku dari para anggota organisasi. Program latihan
dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya ialah latihan di tempat
kerja, latihan instruksi kerja, latihan di luar tempat pekerjaan, dan latihan
di tempat kerja tiruan.
Latihan di tempat kerja
: Latihan kerja di tempat kerja yang sebenarnya. Latihan ini melatih anggota
organisasi untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan dengan lebih efisien. Keuntungan
yang diperoleh dalam latihan di tempat kerja ini antara lain, sangat ekonomis
karena para peserta tetap produktif selama mereka mengikuti dan menjalankan
latihan, selain itu prestasi anggota organisasi tidak akan berkurang atau
hilang, hal ini sangat berbeda apabila dibanding dengan latihan yang diadakan
diluar tempat kerja. Latihan yang di luar tempat kerja akan mengakibatkan
sebagian prestasi hilang apabila peserta latihan kembali ke tempat kerjanya
masing-masing.
Latihan instruksi kerja
: Terdiri dari 3 macam yaitu Job Instruction Training (latihan mengenai proses
pemberian instruksi-instruksi kerja. Para peserta latihan mula-mula
diperkenalkan dengan pekerjaan, dan kepada mereka diberikan berbagai instruksi
dan demonstrasi secara bertahap mengenai fungsi pekerjaan.) Job Methode
Training (Latihan yang berhubungan dengan penyederhanaan kerja) Job Relation
Training (Latihan yang berhubungan dengan faktor manusian di dalam pekerjaannya
setiap hari)
Latihan di luar tempat
kerja : merupakan latihan yang diadakan di luar tempat kerja. Salah satu
keuntungan dari latihan ini adalah adanya motivasi dari para peserta latihan
untuk lebih memahami materi/bahan pelajaran mengingat mereka tidak dibebani
dengan pekerjaan selama mereka mengikuti latihan.
Latihan di tempat kerja
tiruan : adalah latihan yang diberikan pada tempat kerja tiruan. Latihan ini
umumnya diberikan kepada mereka yang bekerja di tempat-tempat kerja yang
membawa risiko cukup besar. Dengan latihan ini diharapkan para peserta lebih
banyak menguasai tentang teknik-teknik kerja yang baik.
10.
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan itu
termasuk kedalam suatu kerja sama didasarkan kepada kemampuan orang tersebut,
dan kepemimpinan itu juga di ratikan oleh para pendapat ilmuwan diantaranya :
Menurut Tead; Terry;
Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni
mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan
orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam
Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas
kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat
sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian
khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Moejiono (2002)
memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu
arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang
membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance
induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau
pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk
kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi
orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan
atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang
diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
11.
Tipe- Tipe Kepemimpinan
Ada enam tipe
kepemimpinan yang diakui keberadaannya secara luas.
1) Tipe pemimpin
Otokratis
Yaitu seorang pemimpin
yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
• Menganggap organisasi
sebagai milik pribadi
• Mengidentikan tujuan
pribadi dengan tujuan organisasi
• Menganggap bawahan
sebagai alat semata- mata
• Tidak mau menerima
kritik, saran, dan pendapat
• Terlalu bergantung
kepada kekuasaan formalnya
• Dalam tindakan penggerakannya
sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan punitif
(bersifat menghukum)
2) Tipe Militeristis
Yaitu seorang pemimpin
yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:
• Sering mempergunakan
sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
• Senang bergantung
pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
• Senang kepada
formalitas yang berlebih- lebihan
• Menuntut disiplin
yang tinggi dan kaku dari bawahan
• Sukar menerima
kritikkan dari bawahan
• Menggemari upacara-
upacara untuk berbagai acara dan keadaan
3) Tipe Paternalistis
Yaitu seorang pemimpin
yang:
• Menganggap bawahannya
sebagai manusia yang tidak dewasa
• Bersikap terlalu
melindungi
• Jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
• Jarang memberikan
kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
• Sering bersikap maha
tahu
4) Tipe Kharismatis
Hingga kini para pakar
belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki
kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya
tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang
jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang
menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang
demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
5) Tipe Laissez Faire
Yaitu seorang yang
bersifat:
• Dalam memimpin
organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa para
anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati
nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap
tercapai.
• Organisasi akan
berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari
orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan
organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh
masing- masing anggota.
• Seorang pemimpin yang
tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
• Seorang pemimpin yang
memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan sendirinya
6) Tipe Demokratis
Yaitu tipe yang
bersifat:
• Dalam proses
penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah
makhluk termulia di dunia
• Selalu berusaha
mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan
tujuan pribadi dari para bawahannya
• Senang menerima
saran, pendapat bahkan kritik dari bawahannya
• Selalu berusaha untuk
menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
• Selalu berusaha
mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
• Berusaha
mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
• Para bawahannya
dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran sertanya
dalam proses pengambilan keputusan.
12.
TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari
dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh
sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar
pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa
untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan
pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang
dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya. Ciri-ciri ideal
yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
- pengetahuan umum yang
luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme,
fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan;
– sifat inkuisitif,
rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan,
ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang
baik, kapasitas integratif;
– kemampuan untuk
bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang
urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan berkomunikasi secara
efektif.
Walaupun teori sifat
memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif, tidak
selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas
kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita
renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai
berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan
oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip keteladanan.
2.Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori
ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu ketika melakukan
kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini,
pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
a.konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang
pemimpin yang cenderung mementingkan bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung,
membela, mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan
perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
b.berorientasi kepada bawahan dan produksi
Perilaku pemimpin yang
berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan
atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan
serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan
penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan
penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan.
Pada sisi lain,
perilaku pemimpin menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua
yaitu berorientasi kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model
grafik kepemimpinan, perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi
yaitu perhatiannya terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja.
Kecenderungan perilaku
pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya
kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
3.Teori Situasional
Keberhasilan seorang
pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan
perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan
situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor waktu dan
ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu
menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah
* Jenis pekerjaan dan
kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat
teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan
gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut
kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar
organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat
dalam organisasi.
Efektivitas
kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan “membaca” situasi yang
dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar cocok dengan dan mampu
memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan dimaksud adalah
kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu karena tuntutan
situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah model-model
kepemimpinan berikut:
a.Model kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi
kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan
keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri
kepemimpinan yang menonjol ketegasan
disertai perilaku yang berorientasi pada penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin
bergaya demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri
kepemimpinan yang menonjol di sini adalah menjadi pendengar yang baik
disertai perilaku memberikan perhatian
pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.
b.Model ” Interaksi Atasan-Bawahan” :
Menurut model ini,
efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada interaksi yang terjadi
antara pemimpin dan bawahannya dan sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi
perilaku pemimpin yang bersangkutan.
Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila:
* Hubungan atasan dan
bawahan dikategorikan baik;
* Tugas yang harus
dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi;
* Posisi kewenangan
pemimpin tergolong kuat.
c.Model Situasional
Model ini menekankan
bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang tergantung pada pemilihan gaya
kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi tertentu dan tingkat
kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang digunakan dalam model ini
adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas kepemimpinannya dan
hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya kepemimpinan yang
dapat digunakan adalah
* Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak bawahan
berperan serta;
* Melakukan
pendelegasian.
d.Model ” Jalan- Tujuan “
Seorang pemimpin yang
efektif menurut model ini adalah pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang
dapat ditempuh bawahan. Salah satu mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut
yaitu kejelasan tugas yang harus dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin
kepada kepentingan dan kebutuhan bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan
hal tersebut harus merupakan faktor
motivasional bagi bawahannya.
e.Model “Pimpinan-Peran serta Bawahan” :
Perhatian utama model
ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan.
Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan struktur tugas yang harus
diselesaikan oleh bawahannya.
Salah satu syarat
penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus
ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan
dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut
“didiktekan” oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan
melalui proses pengambilan keputusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar